Jumat, 03 Juli 2009

Va' dove ti porta il cuore

Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu
dan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil,
janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat.
Tariklah napas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini.
Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu,
tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi.
Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu.
Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah,
dan pergilah ke mana hati membawamu...
(Susanna Tamaro)

*****
Kutipan di atas saya ambil dari sebuah novel karya Susanna Tamaro, seorang penulis Italia, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Va' dove ti porta il cuore" atau "Pergilah ke Mana Hati Membawamu". Saya masih ingat dengan baik kapan dan dimana saya membeli buku itu, sekitar setahun yang lalu. Buku ini tidak saya pilih secara spontan, melainkan berdasarkan rekomendasi seorang sahabat (thanks to Dina) yang sudah lebih dulu "mencicipi". Dan ternyata, isinya agak membuat saya merefleksikan diri ke dalam tokoh-tokoh di buku itu, dimana peranan utama dipegang oleh sang nenek yang menjadi penulis (Fyi, penuturan di novel ini menggunakan pola "catatan harian") mengingatkan saya pada eyang saya (love her so much!).
Tapi dari kesemuanya, petikan kalimat-kalimat bercetak miring di atas merupakan bagian favorit saya. Dan senangnya, bagian itu tertera di cover belakang buku, jadi saya tak perlu bersusah-susah mencari halaman di dalam buku bila ingin membacanya.
"Pergilah ke Mana Hati Membawamu"...
Kedengarannya mudah.
Tapi realisasinya tidak sesimpel itu.
Bagaimana bila kita sendiri tidak cukup memahami diri kita untuk tahu kemana sebenarnya hati ingin melangkah?
Saya percaya, setiap orang pasti pernah mengalami fase dimana begitu banyak (atau mungkin kita cukup katakan lebih dari satu) pilihan terbentang di depan mata. Masing-masing dengan kelebihan dan konsekuensi tersendiri. Dan saya termasuk orang yang seringkali terjebak di persimpangan dalam kebingungan. Begitu banyak hal yang menjadi pertimbangan, karena bagi saya, keputusan yang diambil dalam sepersekian detik bisa sangat mempengaruhi jalan hidup seseorang ke depannya, secara signifikan.
Jika dilema ini menjadi berkepanjangan, ada satu tempat bernaung yang menjadi tempat bergantung. Allah - Sang Khalik, Sang Pemilik Semesta. Semua persoalan, semua pilihan, semua kesempatan, semua kemudahan... datang dari-Nya. Ketika ragu, Ia akan memberi jalan untuk mengukuhkan. Dengan cara-Nya.
Tapi tetap, kita-lah pion-pion yang bergerak melangkah. Pada akhirnya, kita pun harus bisa memilah, mana hal-hal yang memang baik, dan mana hal yang sekedar "tampak baik" untuk kita saat ini. Bahkan saat kita memilih sesuatu yang sebenarnya sudah paling sesuai bukan berarti selanjutnya akan berjalan mudah. Akan selalu ada kerikil-kerikil untuk menguji seberapa kuat niat dan ikhtiar kita. Walau terasa berat, jika kita menguatkan hati, insya Allah semuanya bisa berhasil dihadapi.
..................................
(dini hari, catatan kecil kala insomnia setelah tidur panjang, saat kegalauan masih sedikit menyelimuti)