Senin, 17 Mei 2010

Just Another Random Note...

Last night, in the middle of "sliding" the material for examination next Wednesday, one of my bestfriend suddenly appeared in yahoo-messanger. And as usual, we had a labile-girls-night-talk. At that time, she sent me a link of a story taken from one of her friends' blog that she really loved. I've just copied little part of it below, but just the part that I really like... ^-^

******

In love, we win very rarely, but when love is true, even if you lose, you still win just for having the tingle of loving someone more than you love yourself. There comes a time when we stop loving someone, not because that person has stopped loving us but because we have found out that, they’d be happier if we let go….

Why do we close our eyes when we sleep? When we cry? When we imagine? When we kiss? This is because THE MOST BEAUTIFUL THINGS IN THE WORLD ARE UNSEEN.

There are things that we never want to let go of, people we never want to leave behind, but keep in mind that letting go isn’t the end of the world.
It’s the beginning of a new life. Happiness lies for those who cry those who hurt, those who have searched and those who have tried. For only they can appreciate the importance of the people who have touched our 
lives.

A great love? It’s when you shed tears and still you care for them, it’s when they ignore you and still you long for them. It’s when they begin to love another and yet you smile and say, “I’m happy for you.” If love fails, set yourself free, let your heart spread its wings and fly again. Remember you may find love and lose it, but when love dies, you never have to die with it.

The strongest people are not those who always win but those who stand back up when they fall. Somehow, along the course of life, you learn about yourself and realize that there should never be regrets, only a lifelong appreciation of the choices you’ve made. Loving is not how you forget but how you forgive, not how you listen but how you understand, not what you see but how you feel, and not how you let go but how you hold on.

It’s more dangerous to weep inwardly rather than outwardly. Outward tears can be wiped away while secret tears scar forever…

It’s best to wait for the one you want than settle for one that’s available. It’s best to wait for the right one because life is too short to waste on just someone...

******

...On the way home, D-2 examination...

Minggu, 09 Mei 2010

I've Just Realized...

Agak lucu memang, tapi adik bungsu saya kini masih berusia 2 tahun - baru akan masuk playgroup di tahun ajaran mendatang. Bayangkan bagaimana reaksi orang yang melihat saya yang sudah mantap di usia kepala dua menggendong batita kecil yang bicaranya saja belum lancar. Wah, pastinya sering dikira ibu muda membawa anaknya jalan-jalan... ^-^

Banyak sekali tingkah polah menggemaskan yang dilakukan si kecil yang kadang suka berlagak bossy ini. Mulai dari menyebut susu dengan sebutan "ais", memanggil mbak pengasuhnya dengan sebutan "ndut", hingga bergoyang-goyang (baca: joget) tak jelas saat mendengar alunan musik.

Tapi satu perilaku "ajaib" yang paling berkesan bagi saya adalah apa yang dia lakukan hari ini - yang sebenarnya juga pernah beberapa kali dia lakukan di waktu-waktu sebelumnya. Begitu saya sampai ke rumah (pulang dari kampus), dia langsung berlari ke arah saya, merengek minta digendong. Seisi rumah hanya tertawa heran, setengah meledek dia terlalu kangen sama mbaknya yang sering terlalu sibuk di luar rumah hingga jarang menemani ia bermain. Saya hanya tersenyum menanggapi, menyambut tangan mungilnya, mengangkat tubuhnya hingga kepalanya menempel di bahu saya. Namun rupanya pelukannya tak kunjung mengendur setelah beberapa saat. Dia menolak untuk melepaskan diri. Kepalanya terus menempel di pundak saya, dengan ekspresi setengah mengantuk - bukan ekspresi penuh semangat. Awalnya saya berpikir sebentar lagi dia akan tertidur - tapi rupanya tidak. Dia terus menerus membuka mata, tanpa mengoceh sepatah kata pun. Hanya diam, seakan menikmati ketenangan untuk beberapa saat. Ah, padahal saat itu benak saya tengah diliputi kegalauan. Ada masalah yang cukup menyita pikiran dan emosi, yang membuat saya pulang ke rumah dengan kepala mumet. Lucunya, benang kusut seakan perlahan mengurai setelah saya menggendong si kecil ini. Seperti sedang terapi relaksasi. ^-^

Saya jadi teringat, bahwa kejadiaan ini bukan pertama kalinya. Dulu, saat saya sedang dilanda problem yang cukup pelik, si adik juga menunjukkan gelagat yang sama. Mendadak menatap penuh arti dan minta digendong (cuma dengan kata-kata singkat: "ndong!). Terus menempel, tak mau dilepas. Agak pegal, memang... :)

Kalau boleh menebak-nebak ngawur, si adik sepertinya paham kalau mbaknya sedang ada masalah, dan mencoba menghibur dengan caranya sendiri. Setengah iseng, saya berbisik ke telinganya dan bertanya: "Adek, kamu mau hibur mbak, ya?" Dan dia mengangguk polos - padahal mungkin dia sama sekali tidak mengerti apa yang saya ucapkan. Tetap saja, bagi saya ini adalah sesuatu yang sangat menentramkan.

Hehehe...
Bayi dan anak-anak memang manis, ya? ^-^


Senin, 03 Mei 2010

Between Remembering and Forgetting...

"Ra, kacamatanya mana?"

"Kacamata apa, ya, Bun?"

"Lho, tadi kan Bunda minta diambilin kacamata baca pas kamu sekalian ke kamar..."

"Eh..."

"Pasti lupa, kan?"

"Hehehe... iya, maaf ya..."


******


"Aduh, kok kameranya ga ada, ya?"

"Kamu terakhir taronya dimana? Suka slordeh sih kamu..."

"Benar-benar ga inget, Yah..."


******

"Eh, dia dulu teman SMP kita, ya? Anak kelas sebelah?"

"Siapa?"

"Itu lho, yang berdiri di ujung sana... Bener, kan?"

"Aduh, gw ga yakin..."

"Loe lupa? Rambutnya dulu sering dikuncir kuda, pake kawat gigi. Namanya XXX sesuatu. Inget?"

"I really have no idea who she is..."

******

et cetera. et cetera. et cetera.


******


Di dunia ini, "lupa" telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Selama kita masih dapat "mengingat", maka kita akan terus dihantui risiko "melupakan". Manusia boleh jadi memiliki jutaan - atau mungkin milyaran sel otak di dalam kepalanya. Namun, ibarat kotak penyimpanan, ruang memori tentunya memiliki suatu limit, suatu batas kemampuan. Kita tidak bisa serta-merta memasukkan semua hal ke dalamnya, hanya beberapa hal yang dianggap penting dan dibutuhkanlah yang akan mengisi.

Daya lupa ini mungkin diciptakan sebagai penyeimbang agar otak manusia tidak terlalu lelah dan rumit dalam menyimpan berbagai bank data. Agak sulit memang untuk mengatur fungsi yang satu ini. Bayangkan saja bagaimana mereka harus memilah milih informasi penting dari jutaan lebih informasi yang berseliweran setiap harinya. Ada kondisi dimana kita berharap akan terus dapat mengingat sesuatu (seperti saat ujian) atau sebaliknya, kita bersikeras untuk melupakan sesuatu (umumnya menyangkut hal-hal yang menyakitkan).

Kadang, tanpa kita sadari kita justru dengan mudah melupakan hal-hal yang seharusnya kita ingat. Atau justru terus teringat hal-hal yang sangat ingin kita lupakan. Agak ironis, memang. But that so human.

Saya jadi teringat sebuah quote: "Trying to forget someone that you love is like trying to remember someone you never met." Yup, ketika kita semakin keras berusaha melupakan sesuatu, kita justru akan semakin mengingatnya. Karena dalam benak kita akan terus tertuliskan "saya harus melupakan YYY... saya harus melupakan YYY..." yang terus menerus berulang, hingga tanpa sadar kita sebenarnya tengah menerapkan metode repetisi - pengulangan untuk memantapkan memori. Jadi, ketika kita benar-benar ingin melupakan sesuatu, cara terbaik adalah tidak memikirkannya sama sekali. Alihkan fokus ke hal-hal lain yang lebih positif. Maka tiba-tiba saja kita telah menjumpai diri kita telah melenggang santai, dan telah benar-benar lupa tentang hal itu. Atau walaupun kita tidak melupakannya, setidaknya hal itu tidak lagi menjadi masalah...

So... how about you, then? Think the same way? ^-^

*well, don't take it too serious, because it's just another random talk note in the middle of the night...