Senin, 03 Mei 2010

Between Remembering and Forgetting...

"Ra, kacamatanya mana?"

"Kacamata apa, ya, Bun?"

"Lho, tadi kan Bunda minta diambilin kacamata baca pas kamu sekalian ke kamar..."

"Eh..."

"Pasti lupa, kan?"

"Hehehe... iya, maaf ya..."


******


"Aduh, kok kameranya ga ada, ya?"

"Kamu terakhir taronya dimana? Suka slordeh sih kamu..."

"Benar-benar ga inget, Yah..."


******

"Eh, dia dulu teman SMP kita, ya? Anak kelas sebelah?"

"Siapa?"

"Itu lho, yang berdiri di ujung sana... Bener, kan?"

"Aduh, gw ga yakin..."

"Loe lupa? Rambutnya dulu sering dikuncir kuda, pake kawat gigi. Namanya XXX sesuatu. Inget?"

"I really have no idea who she is..."

******

et cetera. et cetera. et cetera.


******


Di dunia ini, "lupa" telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Selama kita masih dapat "mengingat", maka kita akan terus dihantui risiko "melupakan". Manusia boleh jadi memiliki jutaan - atau mungkin milyaran sel otak di dalam kepalanya. Namun, ibarat kotak penyimpanan, ruang memori tentunya memiliki suatu limit, suatu batas kemampuan. Kita tidak bisa serta-merta memasukkan semua hal ke dalamnya, hanya beberapa hal yang dianggap penting dan dibutuhkanlah yang akan mengisi.

Daya lupa ini mungkin diciptakan sebagai penyeimbang agar otak manusia tidak terlalu lelah dan rumit dalam menyimpan berbagai bank data. Agak sulit memang untuk mengatur fungsi yang satu ini. Bayangkan saja bagaimana mereka harus memilah milih informasi penting dari jutaan lebih informasi yang berseliweran setiap harinya. Ada kondisi dimana kita berharap akan terus dapat mengingat sesuatu (seperti saat ujian) atau sebaliknya, kita bersikeras untuk melupakan sesuatu (umumnya menyangkut hal-hal yang menyakitkan).

Kadang, tanpa kita sadari kita justru dengan mudah melupakan hal-hal yang seharusnya kita ingat. Atau justru terus teringat hal-hal yang sangat ingin kita lupakan. Agak ironis, memang. But that so human.

Saya jadi teringat sebuah quote: "Trying to forget someone that you love is like trying to remember someone you never met." Yup, ketika kita semakin keras berusaha melupakan sesuatu, kita justru akan semakin mengingatnya. Karena dalam benak kita akan terus tertuliskan "saya harus melupakan YYY... saya harus melupakan YYY..." yang terus menerus berulang, hingga tanpa sadar kita sebenarnya tengah menerapkan metode repetisi - pengulangan untuk memantapkan memori. Jadi, ketika kita benar-benar ingin melupakan sesuatu, cara terbaik adalah tidak memikirkannya sama sekali. Alihkan fokus ke hal-hal lain yang lebih positif. Maka tiba-tiba saja kita telah menjumpai diri kita telah melenggang santai, dan telah benar-benar lupa tentang hal itu. Atau walaupun kita tidak melupakannya, setidaknya hal itu tidak lagi menjadi masalah...

So... how about you, then? Think the same way? ^-^

*well, don't take it too serious, because it's just another random talk note in the middle of the night...

Tidak ada komentar: