Sabtu, 12 Februari 2011

Yes, I'm still having a blog...

Suddenly, I really want to write about something in this blog. Just some random thought of mine – as usual.

Rasanya sudah beberapa bulan belakangan ini saya tidak pernah aktif menulis di blog ini. Entah karena kesibukan (akademis maupun non-akademis) yang terlalu menyita waktu, atau karena saya yang memang sedang terlalu malas untuk menulis tentang apapun. Atau mungkin juga karena saya mulai menemukan salah satu metode pelampiasan stress yang menyenangkan selain menulis: memasak! Yup, I enjoy cooking very much these past days. Ketika sedang kesal (atau sebaliknya), memasak dapat menjadi cara ampuh untuk mengalihkan segala energi dan emosi yang menggebu-gebu. Apalagi jika ada sesi tumis-menumis. Wah, seluruh tenaga tampaknya langsung dikerahkan habis-habisan. Minimal, ada 2 keuntungan yang bisa diperoleh: 1. Menyalurkan esktra energi dan emosi secara positif, dan 2. Ada masakan lezat yang dihasilkan! :) (Ok, ada juga poin 3. Orang yang mencicipi bisa ikut senang dapat makanan!)

Berbicara tentang tulis-menulis, saya jadi teringat beberapa hari yang lalu, eyang saya (eyang putri dari pihak ibu) tiba-tiba saja memberikan beberapa nasihat dan meminta saya untuk membantu mengetikkan nasihat-nasihat yang ingin dia berikan ke sanak keluarga lainnya, khususnya bagi para anak dan cucu. Semuanya tentang nilai-nilai yang berharga dalam kehidupan. Saya tidak akan menuliskan pesan-pesan itu dalam blog ini sekarang. Jika ada kesempatan suatu hari nanti, mungkin saya akan menuangkannya dalam postingan lain. Intinya adalah… bahkan seorang eyang berusia hampir 79 tahun masih memikirkan suatu metode penyampaian pesan bersifat tulisan. Karena dalam beberapa hal, hitam di atas putih dapat menjadi sesuatu hal yang tidak mudah hilang, tidak seperti ingatan tentang percakapan lisan yang dapat dengan mudah dilupakan. Jika kelak – suatu hari setelah bertahun-tahun nantinya, ketika saya sudah tidak aktif lagi menulis di blog – saya berkesempatan untuk membaca tulisan-tulisan yang pernah saya goreskan, mungkin akan menjadi suatu nostalgia yang manis. :)

Iseng-iseng saya mengutip sedikit percakapan dengan eyang beberapa waktu belakangan, yang menurut saya berkesan dan membuat saya semakin mengagumi beliau…

Saya (S): “Eyang, kenapa tiba-tiba kok bisa kepikiran mau menuliskan pesan-pesan eyang itu?”
Eyang (E): “Iya, eyang ingin sekali rasanya meninggalkan sesuatu untuk anak-cucu eyang nantinya, tapi bukan hanya harta. Hidup eyang sekarang rasanya udah lengkap, udah nggak ada beban lagi. Jika suatu hari nanti eyang pergi, eyang nggak mau pergi tanpa meninggalkan apa-apa…”

Ah eyang, memang harta buat eyang bukanlah ukuran kebahagiaan. Seperti yang juga eyang pernah sebutkan dalam salah satu percakapan dengan saya…

“Percuma aja kaya, tapi ternyata dia menyakiti kamu. Lebih baik yang sederhana, tapi hidupmu bahagia. Suku dan status itu bukan apa-apa. Yang paling penting, dia tanggung jawab dan setia.” Begitulah pendapat eyang yang diutarakan secara lugas dan sederhana mengenai kriteria pasangan idaman. Bukan, bukan pasangan idaman untuk eyang sendiri. Yang eyang maksudkan di sini adalah nasihat untuk saya. Jelas, harta bukan jaminan bagi kebahagiaan di mata eyang. (Dan saya sependapat ^^)

I’m always love you, grandma… you’re one of the best person in my life… always wish you all the best :)

Tidak ada komentar: