Senin, 13 September 2010

People In Your Life...

As time goes by, I believe that people in our life could come and go. Some people just easy to come, easy to go. But others might stay longer. Probably until the end of our life, though. We just don't know who will be which. But every single person always brings something. Good or bad, the presence of someone gives us things to learned....

*****

Saya bersyukur, terlahir di dunia dimana saya tumbuh dan dikelilingi banyak orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah mengajari saya dalam memaknai kehidupan. Terkadang, kita tidak perlu mengalami suatu hal untuk memahami bahwa itu baik atau buruk, karena kita dapat belajar dari pengalaman orang lain. Experience is the best teacher -- but you don't have to do all by yourself... :)

Saat kita merasakan kebaikan dari orang lain, kita dapat memahami kebahagiaan yang timbul, dan akhirnya (dalam kondisi ideal) akan cenderung meneruskan kebaikan itu. Namun, saat kita merasakan hal yang sebaliknya (mengalami suatu hal yang buruk), kita akan memahami bahwa melakukan hal yang sama hanya akan membuat lingkaran setan yang tidak akan pernah putus. Hanya aura negatif yang akan terus menyelubungi.

Sekecil apapun peran seseorang dalam porsi hidup kita secara keseluruhan, tentunya ada makna tersendiri yang mereka torehkan. Walaupun bahkan keberadaan mereka nyaris tidak lagi kita ingat ataupun sadari. (Atau sebaliknya, mereka pun lupa bahwa kita pernah singgah di kehidupan mereka ^^). Contohnya saja, guru TK yang pertama kali mengajari saya membaca (saya benar-benar sudah tidak ingat wajah dan namanya). Dari beliaulah saya bisa berkenalan dengan dunia alfabetik, sampai akhirnya bisa menulis untaian kata dalam blog ini setiap kali saya butuh 'pelarian'. Saya mungkin telah melupakan beliau, tapi apa yang diajarkannya masih lekat dan bermanfaat hingga kini.

Atau contoh lainnya. Saya pernah punya sahabat karib saat sekolah dasar, yang terputus hubungan karena saya pindah mengikuti dinas orangtua. Awalnya, kami masih saling berkirim surat layaknya dua orang sahabat pena. Namun entah dalam berapa waktu akhirnya korespondensi ini terhenti. Beberapa malam saya dihantui rasa bersalah karena tidak membalas suratnya -- saya kehilangan alamatnya, entah bagaimana detil ceritanya, saya pun sudah tak dapat mengingat dengan sempurna. Saya melanjutkan hidup, dan begitu pula dia. Hingga suatu situs jejaring sosial mempertemukan kami nyaris sepuluh tahun kemudian -- mungkin ini contoh ketidaksengajaan yang disengaja. :) Hanya ada obrolan ringan yang singkat, namun cukup untuk membuat bernostalgia. Terkenang kembali penyesalan karena tidak bisa membalas surat, namun kali ini tanpa kesedihan. Dari sini saya belajar, bahwa di dunia ini akan ada orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup kita. Ibarat pelakon sinetron yang masa kontraknya habis setelah sekian episode, mungkin begitulah kira-kira porsi mereka dalam hidup kita.

Kadang mereka pergi begitu saja tanpa kita sadari. Kadang mereka pergi karena keadaan yang memaksa demikian. Kadang mereka pergi karena apa yang kita lakukan. Dan saat mereka pergi, tak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau menghentikannya.

Ada beragam bentuk dari kepergian dan kehilangan. Kepergian abadi yang dikukuhkan oleh kematian, kepergian karena terpisahkan oleh jarak dan waktu, kehilangan karena tembok bernama kesibukan dan dunia baru, hingga kehilangan yang tak kasatmata - dimana secara jasmani kita masih dapat menjumpai, namun perasaan dan kenyamanan yang tak lagi sama membuat seakan menjauh, bahkan menghilang. Ibarat kabel telepon yang rusak dan terputus sambungan. Tidak ada yang tahu pasti, berapa lama hal ini akan bertahan. Kepergian dan kehilangan yang tidak abadi tidak pernah dapat diprediksi. Hanya perjalanan waktu yang bisa menjawab, apakah kesempatan untuk tersambung kembali akan datang lagi.

When we meet someone, we have to face the possibility that he/she might go. But not everybody. Some people would stay.

Who would stay, then?

People said, "your family".
Others added, "your bestfriend".
All said, "your beloved ones".


Well, I believe the one who stay might be the one who loves us, the one who cares, and the one whose life is also being fullfilled by us --- ideally. Or it just because the destiny said so. Who knows? :)



*************************************************************************************


"Doesn't have to be the perfect one, but have to fit you properly -- like when you're wearing clothes in the right size" ^^

1 komentar:

Anonim mengatakan...

I have thought about this several times in my life, over a cup of coffee or just besides the window panes in my room. and this is just true. the mere presence of somebody could change our life entirely. and when you think about it.. it's just pure awesomeness. and bliss. :)