Minggu, 27 Juli 2008

Celoteh Anak

Sepertinya judul di atas mengingatkan pada sebuah acara kuis yang pernah diputar di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia, ya?

Tak heran, karena tulisan saya kali ini akan berkaitan dengan dunia anak - terinspirasi dari sebuah postingan di bulletin board berisi rentetan pertanyaan-pertanyaan lugu yang dikemukakan oleh bocah berusia 5 tahun.

Melihat daftar pertanyaan tersebut, tanpa sadar saya terpancing untuk tersenyum. Bukan tanpa alasan, melainkan karena beberapa pertanyaan yang dituliskan mungkin cukup akrab di telinga para orangtua atau teman-teman kita yang memiliki adik kecil. Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki adik yang masih kecil - saudara kandung saya hanya seorang, dan usianya terpaut tak sampai 2 tahun di bawah usia saya.

Sumber dari celotehan-celotehan polos khas anak-anak yang sering saya dengar adalah sepupu-sepupu saya yang masih tergolong balita. Satu yang paling menggemaskan adalah putra bungsu dari tante saya, yang biasa dipanggil Abi. Si Abi ini badannya tergolong kecil dan sama sekali tidak gemuk, berbeda sekali dengan kakaknya yang bertubuh tambun. Dengan postur tubuhnya yang mungil, ia dapat dengan leluasa bergerak ke sana kemari dengan lincah tanpa beban. Dia tidak segan-segan menantang orang untuk melawannya (gaya sok berantem ala anak kecil). Tak hanya itu, tingkat keusilan dan keisengannya juga tinggi. Ibu saya - yang memang cukup sering mampir ke rumahnya, seringkali kewalahan melihatnya "beraksi".

Suatu kali, ibu saya memergoki ulah kenakalan si cabe rawit yang satu ini, dan berusaha memperingatkannya. Karena kesal, (saya lupa kalimat pasti apa yang diucapkan oleh ibu saya yang membuatnya kesal), ia memasang mimik wajah dengan dahi berkerut dan berseru, "Heee... Buba! Abi potong lho pantatnya, bial ga bica kentut!!" *Kalimat ancamannya sama sekali tidak menakutkan, bahkan membuat saya dan ibu saya cekikikan untuk beberapa saat. Er.. sebenarnya, kalimat ini menunjukkan bahwa ia sudah dapat berpikir dengan sistematis, bahwa bila tidak ada "sesuatu", maka seseorang tidak dapat melakukan "perilaku tertentu". Masalahnya, kenapa yang dia ambil adalah logika buang angin?

Saya jadi ingat sebuah percakapan melalui telepon sekitar pertengahan tahun lalu, yang dilakukan antara saya dan Abi sehari sebelum pelaksanaan UN. Saat itu, tante saya menelepon untuk memberikan semangat, berbicara bergantian dengan kedua anaknya. Hingga tibalah giliran Abi untuk bersuara.

Abi : "Alow... mbak Iya, ya?"
Saya : "Iya, Abi..."Abi : "Celamat ujian ya..."
Saya : "Wah, terima kasih ya..."
Abi : "Cemoga behacil..."
Saya : "Iya, iya, terima kasih ya, Abi..."
Abi : "Celamat ulang taun..."
Saya : "Lho??"

Sepertinya, ia mengira semua ucapan "selamat" ini bermakna sama. Jadilah, ucapan selamat ujian kali itu diiringi dengan ucapan selamat ulang tahun. Yah, namanya juga anak-anak... ^^


>>Terjemahan:* Heee... Bunda! Abi potong lho pantatnya, biar ga bisa kentut!!

============================================================

NB: Manusia memang tidak pernah tahu skenario kehidupan seperti apa yang menanti di babak berikutnya. Karena itu, lakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan. Kepada dua orang teman yang baru saja kehilangan, tetap sabar dan semangat! Insya Allah, doa tulus dari kalian bisa sampai untuk orangtua terkasih "di sana"...


... diunduh dari http://airaxa.blogs.friendster.com/my_blog/

Tidak ada komentar: