Minggu, 27 Juli 2008

Di Balik Musical 2008

=============== ===============
<<Meet Us in Sex Education at Lapas>>




Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa orang rekan sekampus mendapat kesempatan yang cukup langka (menurut saya, karena hal ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya), yakni berkunjung ke sebuah Rumah Tahanan di bilangan Pondok Bambu. Kami -atas nama departemen Pengabdian Masyarakat- bermaksud mengadakan semacam acara penyuluhan kesehatan (dengan tema saat itu kesehatan reproduksi) di sana.

Ketika pertama kali datang ke sana untuk mengurus perizinan, yang terbayang di pikiran saya adalah sebuah tempat yang gelap, suram, dan terdiri dari bilik-bilik sel yang berjejer. Apalagi, saat kami sampai, kami langsung "disambut" dengan sebuah gerbang/tembok pembatas yang tinggi. Hanya ada semacam loket kecil yang berfungsi sebagai tempat penghubung dengan "dunia luar". Karena ada sedikit kesalahan, kami tidak berhasil masuk kali itu. Hal ini menambah keyakinan saya, bahwa yang tersembunyi di balik sana pastilah sesuatu yang "istimewa". Jika banyak orang yang mengatakan keluar dari penjara itu sulit, saya akan mengatakan untuk "sekedar masuk"-nya pun tidak mudah.

Karena saya tidak terlibat dalam seksi yang mengurus perizinan secara langsung, akhirnya saya tidak ikut pada survei berikutnya. Baru pada H-1 pelaksanaan acara, saya berkesempatan untuk turut serta dalam persiapan.

Untuk dapat masuk ke dalam, saya dan teman-teman harus meninggalkan kartu identitas sebagai jaminan, dan sebagai gantinya kami mendapat "kartu tamu" sebagai penanda. Tak lupa, seorang penjaga telah bersiap dan men-cap tangan kami dengan cap khusus. Sekilas, kami teringat dengan cap yang diberikan untuk masuk ke Dufan dan tempat rekreasi sejenis. Rasanya seperti akan memasuki sebuah wahana.

Ketika gerbang kedua dibuka, alangkah terkejutnya saya mendapati suasana Rutan yang tidak terduga. Rutan ini lebih seperti sebuah asrama sekolah daripada lingkungan penjara dalam benak saya. Beberapa orang penghuni bahkan tampak tengah berolahraga dengan semangat. Mereka tampak cukup sehat dan terawat. Tidak ada kesan "wajah-wajah bengis dan mengancam". Mungkin karena penghuninya terdiri dari anak-anak, remaja, dan wanita, jadi kesan yang didapat seperti itu. Entahlah.

Tapi tiba-tiba saya tersadar. Walau bagaimanapun, para penghuni Rutan ini pada dasarnya sama seperti kita. Mereka hanya manusia biasa, yang sewaktu-waktu dapat khilaf dan melakukan kesalahan. Dan sayangnya kesalahan yang mereka lakukan ini terbilang cukup fatal, sehingga mengharuskan mereka tidak dapat menghirup udara kebebasan di luar sana untuk sementara waktu sebagai akibatnya. Tak ada yang benar-benar tahu, apa alasan yang mendasari itu terjadi. Bisa jadi, ada sebuah keterpaksaan yang mendalanginya.

Mau tidak mau, saya jadi setengah geli mengingat bahwa saya pernah membayangkan suasana penjara yang seperti di film-film action, dimana jelas terdapat karakter "putih" dan "hitam". Menurut saya, pada kenyataannya, tidak ada batas yang jelas antara keduanya. Yang ada adalah zona "abu-abu". Saya yakin, tidak ada orang yang benar-benar "jahat". Pasti, walau hanya setitik, ia masih punya hati nurani. Jika tidak, yah mungkin dia memang agak "lain" - penderita gangguan kejiwaan, mungkin?

Ah, dunia ini memang dipenuhi hal-hal yang unik!


... diunduh dari http://airaxa.blogs.friendster.com/my_blog/

Tidak ada komentar: