Selasa, 29 Juli 2008

Sibuk?

"Yang penting bukanlah seberapa sibuk diri anda, melainkan untuk apa anda sibuk."

*****

Suatu kali, saya dikejutkan oleh sapaan dari salah seorang teman.
"Sibuk amat sih, mbak. Tiap hari ke kampus mulu. Padahal lagi libur gini,"komentarnya. Dan ia bukan orang pertama yang berpendapat seperti ini.

Saya menanggapi dengan tersenyum, dan berusaha menepis anggapannya secara halus. Sungguh, tanpa maksud sok merendah. Di sekitar saya masih jauh lebih banyak orang yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang luar biasa (menurut pandangan saya), membuat hal-hal yang tengah atau telah saya lakukan tampak tidak ada apa-apanya. Mereka-mereka inilah yang selalu membuat saya terkagum-kagum, seperti tidak pernah kehabisan energi untuk beraktivitas. Tentunya, kegiatan yang mereka lakukan bersifat positif, tidak sekedar hura-hura dan menghambur-hamburkan uang.

Entah darimana datangnya semangat sebesar itu.

Jujur, saya senang terlibat dalam berbagai acara, bahkan hampir semua seksi di kepanitiaan pernah saya rasakan. Tapi, semuanya terbatas pada lingkup yang kecil. Kalaupun berskala besar, biasanya peran saya tak lebih dari anggota seksi yang hanya menunggu aba-aba dari si penanggung jawab. Semuanya nyaris tanpa beban berarti. Jika kemudian saya tampak seakan sibuk mengurus ini itu, kenyataan sungguh tak seberat yang terlihat.

Saya bukan mengeluhkan keadaan saya saat ini. Sungguh.

Tiba-tiba saja hal ini muncul di benak saya saat menatap layar monitor, dan dengan lancar semuanya mengalir keluar bersama tombol-tombol keyboard yang diketik.

Ingin sekali saya mendapati diri saya bergabung bersama mereka yang terus berjuang untuk berkembang, sibuk karena mengejar sesuatu yang esensial. Tapi siapkah saya meninggalkan zona nyaman yang saya, menyambut sesuatu yang masih abstrak di luar sana?

Ada pepatah yang mengatakan, "manusia sebesar apa yang ia pikirkan". Mungkin ini benar adanya. Ketika seseorang meyakini bahwa ia bisa, bukan suatu kemustahilan ia bisa melakukan suatu hal. Namun, keyakinan ini sepertinya belum berakar dalam diri saya. Tidak untuk saat ini. Masih ada keraguan untuk meraih hal yang lebih besar. Saya masih senang disibukkan dengan hal-hal kecil, belum sanggup melepas kenyamanan itu untuk sesuatu yang lebih rumit, lebih sulit, sekaligus lebih besar.

Saya akan mencoba untuk melangkah perlahan. Ya, lambat tapi pasti. Bukankah lebih baik dari tak bergeming?

Tidak ada komentar: